Branding dan marketing memang menjadi hal menarik yang dibahas dalam suatu strategi bisnis. Berdasarkan penelitian Perpusatakaan Nasional Institut Kedokteran di US, ada kemungkinan bahwa warna memiliki dampak pada sikap kita karena adanya preferensi pribadi, pendidikan, pengalaman, perbedaan budaya, dan konteks lain yang kompleks.
Menurut Neil Patel, seorang pakar dalam bisnis digital, banyak pelaku bisnis dengan brand terkenal melakukan riset terus-menerus terhadap ilmu psikologi warna. Hal ini dikarenakan warna dapat berdampak pada peningkatan penjualan atau sales. Pernyataan ini bukan berarti dapat memanipulasi pelanggan agar mau membeli produk.
Warna yang seringkali digunakan pelaku bisnis adalah warna kuning. Warna kuning diprediksi meningkatkan kesan hangat dan kuat. Bila usaha yang digarap bergerak di bidang bisnins yang membutuhkan dukungan komunitas yang kuat, anda dapat menggunakan warna kuning pada brand anda.
Selain kuning, warna biru juga menjadi favorit. Biru biasa digunakan brand-brand besar di sektor teknologi atau kimia. Warna ini dianggap dapat memberi kesan kuat dan dapat dipercaya.
Warna hijau adalah wanra yang sering digunakan untuk organisasi-organisasi non-profit yang bergerak di sektor lingkungan atau media. Warna hijau dinilai dapat memberi kesan dekat serta kesan untuk terus berkembang.
Dari ketiga warna, warna monokrom juga tidak kalah favoritnya. Warna abu, hitam, atau putih termasuk ke dalam warna monokrom. Warna-warna monokrom dianggap memberi kesan profesionalitas, kredibilitas, dan ketenangan. Warna monokrom banyak digunakan pada perusahaan otomotif atau juga teknologi.
Sebagian besar konsumen memilih pola dengan warna yang sejenis atau malah lebih suka dengan aksen warna yang kontras satu dengan yang lain. Seperti Mitsubishi fighter terbaru yang memilih warna kuning pada badan truk memberi kesan hangat dan meningkatkan semangat bekerja. Ditambah aksen kontras di logo Mitsubishi berwarna merah, menambah kesan tangguh pada generasi terbaru dari truk fuso.
Hingga saat ini, terdapat dua studi pada kombinasi warna terkait dengan teori psikologi warna. Ada yang mengukur respon estetika, ada pula yang melihat preferensi konsumen. Keduanya sama-sama berusaha untuk membangun pesan visual produk agar sampai ke khalayak dengan efektif.
